
Sejarah Singkat Jam’iyah: Dulu dan Sekarang Darut Ta’lim di Masa KH. M. Syamsul Arifin
Jam’iyah Khitobah merupakan salah satu kegiatan unggulan atau bisa disebut Ekstrakurikuler tertua di lingkungan Pondok Pesantren Darut Ta’lim yang memiliki akar sejarah panjang dan nilai-nilai pendidikan yang kuat. Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada tanggal 9 September 1999, di masa awal berdirinya Darut Ta’lim, di bawah asuhan KH. M. Syamsul Arifin.
Pada awalnya, kegiatan ini diadakan satu bulan sekali, tepatnya pada Kamis malam Jum’at, dengan tujuan melatih keberanian, kemampuan berbicara di depan umum, serta menanamkan nilai-nilai dakwah sejak dini kepada para santri.
Susunan Acara Jam’iyah Dahulu
Kegiatan Jam’iyah disusun secara sederhana namun tetap sarat makna, yaitu:
1. Pembukaan
2. Pembacaan Shalawat
3. Sambutan
4. Penyampaian Pidato oleh Santri
5. Istirahat yang diisi dengan hadrah serta pembagian konsumsi
6. Penutup
Sistem penunjukkan santri yang bertugas dilakukan melalui koordinasi dengan wali kelas tingkat MI dan MTs. Santri yang ditunjuk akan diberikan teks pidato untuk dihafalkan, dan diminta untuk berlatih secara rutin selepas sekolah, dengan pendampingan dari guru, bukan sekadar otodidak.
Peran KH. M. Syamsul Arifin dalam kegiatan ini sangat penting, meskipun beliau lebih banyak memantau dari belakang layar. Sesekali beliau hadir langsung di lokasi, memberikan motivasi, serta mengarahkan ketua Jam’iyah untuk menghadirkan guru sebagai pemberi sambutan atau mau’idhoh hasanah.
—
Perkembangan Jam’iyah Kini
Seiring waktu, kegiatan Jam’iyah mengalami banyak inovasi dan penyempurnaan. Tak hanya pidato, kini acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an beserta sari tilawahnya, kemudian dilanjutkan dengan kreasi sholawatdan hiburan kreativitas santri yang dibagi berdasarkan kelas yang ada.
Peserta Jam’iyah juga semakin meluas, mencakup kelas 5–6 MI, 7–12 MTs dan MA, terutama dari kalangan anggota Ekstrakurikuler Dai Cilik MI. Penampilan pidato yang disampaikan pun kini jauh lebih matang, dengan latihan intensif, mental yang kuat, dan persiapan maksimal.
Transformasi ini membuktikan bahwa Jam’iyah bukan hanya kegiatan rutin semata, melainkan wadah pembinaan karakter, pengembangan bakat, dan pelatihan kepemimpinan bagi santri sejak dini.
—
Dari masa ke masa, Jam’iyah Khitobah telah menjadi bagian penting dari wajah pendidikan di Darut Ta’lim. Dari sebuah kegiatan sederhana di bawah pengawasan KH. M. Syamsul Arifin, kini berkembang menjadi panggung prestasi dan kreativitas santri. Semoga kegiatan ini terus menjadi inspirasi dan ladang dakwah bagi generasi penerus.
—
(Sumber: Moch Juliadi dkk, Alumni)