Profil Pondok Pesantren Darut Ta’lim Surabaya
IDENTITAS
Nama Resmi : Pondok Pesantren Darut Ta’lim
Alamat : Bulak Banteng Lor Gg. Bhineka F/01, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya
Bentuk Hukum : Yayasan (YPI Darut Ta’lim)
Tahun Berdiri : 1995
Legalitas : Akta Notaris & SK Kemenkumham (diisi sesuai dokumen)
Website : www.daruttaklim.com
SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DARUT TA’LIM SURABAYA
Perjalanan berdirinya Pondok Pesantren Islam Darut Ta’lim tidak bisa dipisahkan dari sosok al-Mukarram KH. Syamsul Arifin, Lc., ZE, seorang ulama yang memiliki visi besar dalam pengembangan pendidikan Islam berbasis pesantren. Sejak masa kecil, beliau telah dididik langsung oleh ayahnya, KH. Zamahsyari, di lingkungan pesantren Taswirul Afkar. Lingkungan tersebut menjadi tempat pertama yang membentuk karakter dan pondasi keilmuan KH. Syamsul Arifin.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar agama dari ayahnya, KH. Syamsul Arifin melanjutkan pengembaraan ilmunya ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur. Salah satu fase terpenting dalam perjalanan ilmunya adalah ketika beliau belajar di Pondok Pesantren Tebuireng, Cukir, Jombang, yang kala itu masih diasuh oleh KH. Idris Kamali. Di Tebuireng, beliau tinggal dalam waktu yang relatif lama dibandingkan tempat lainnya, menandakan kedalaman pencarian dan kesungguhannya dalam menuntut ilmu.
Di pondok ini pula, beliau pertama kali mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci, sebuah anugerah spiritual yang bertepatan dengan diterimanya beasiswa pendidikan tinggi selama empat tahun di Makkah al-Mukarramah. Selama di Makkah, KH. Syamsul Arifin mendalami berbagai ilmu agama dari para masyayikh Haramain, terutama di bidang tafsir, fiqih, bahasa Arab, dan akhlak.
Masa Pengabdian dan Kembali ke Tanah Air
Sekembalinya dari Makkah, KH. Syamsul Arifin tidak langsung menetap di kampung halamannya. Sebagai bentuk rasa syukur dan pengabdian ilmu, beliau kembali ke Tebuireng dan mengajar selama dua tahun. Ini menunjukkan bahwa orientasi beliau terhadap ilmu bukan semata untuk mengajar, melainkan membangun tradisi keilmuan yang berkelanjutan. untuk mengamalkan ilmunya di tengah masyarakat. Bermodalkan semangat dakwah dan pengabdian, beliau memulai dari titik yang sangat sederhana.
Awal Mula Pondok: Dari Musholla ke Pesantren
Tahun 1995, menjadi tonggak awal cikal bakal Pondok Pesantren Darut Ta’lim. KH. Syamsul Arifin memulai aktivitasnya dengan mengajar anak-anak sekitar di sebuah musholla kecil. Materi yang diajarkan mencakup membaca Al-Qur’an, menulis huruf Arab, serta bimbingan ibadah. Jumlah murid awalnya hanya lima anak dari desa sekitar, dan waktu belajar dimulai setelah sholat Ashar hingga menjelang Isya’.
Namun, dalam waktu singkat, antusiasme masyarakat mulai tumbuh. Santri yang awalnya lima orang, meningkat menjadi lima belas. Tak hanya anak-anak, orang tua mereka pun mulai tertarik untuk turut belajar, memperluas cakupan pendidikan nonformal yang dimulai dari musholla tersebut.
Langkah Legitimasi dan Dukungan Tokoh Besar
Tahun 1996, KH. Syamsul Arifin mengambil langkah penting dengan menyelenggarakan pengajian umum pertama kali. Untuk memperkuat legitimasi dan mendapatkan restu spiritual, beliau mengundang KH. Nawawi, seorang tokoh ulama sepuh yang dihormati dari kawasan Makam Sunan Ampel, untuk hadir pada sholat Jumat perdana dan memberikan tausiyah kepada jamaah. Kehadiran KH. Nawawi menjadi titik balik penting dalam penerimaan masyarakat luas terhadap perintisan pesantren ini.
Seiring bertambahnya jama’ah dan santri, musholla kecil yang semula cukup untuk kegiatan belajar mulai tidak memadai. Musholla tersebut kemudian dialihfungsikan menjadi tempat belajar dan asrama santri, sementara kegiatan ibadah umum mulai dipisahkan. Sistem pembelajaran yang digunakan adalah wetonan dan sorogan, dua metode klasik yang diwarisi dari pesantren-pesantren salaf.
Pertumbuhan Santri dan Penambahan Lembaga Pendidikan
Pada 1997, Pondok Pesantren Darut Ta’lim membuka Madrasah Diniyyah Takmiliyah, diperuntukkan bagi santri putra, dengan waktu belajar sore hari. Sebanyak 20 santri terdaftar pada angkatan pertama. Satu tahun kemudian, peserta didik meningkat menjadi 53 santri.
Melihat pertumbuhan tersebut, lembaga ini menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk santri putra-putri dengan waktu belajar pagi hari. Di sinilah titik awal transformasi pondok dari nonformal menjadi pondok pesantren dengan pendidikan formal.
Kebutuhan SDM dan Tenaga Profesional
Peningkatan jumlah santri memicu kebutuhan tenaga pendidik yang lebih banyak dan berkualitas. KH. Syamsul Arifin kemudian merekrut asatidz dari berbagai daerah seperti Madura, Jombang, dan Probolinggo. Mereka membantu mengelola pengajaran dan administrasi pesantren, karena keterbatasan SDM lokal saat itu. Secara bertahap, fasilitas pun mulai dibangun: dari gedung bertingkat untuk tempat tinggal santri, ruang kelas, hingga musholla yang representatif.
Penguatan Sistem dan Penataan Kurikulum
Syamsul Arifin bersama tim pengajar menyusun Manhaj Dirosah (kurikulum internal) untuk mengatur sistem pendidikan, pembinaan, dan kegiatan musyawarah santri. Model pendidikan yang digunakan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi salaf, namun tidak menutup diri dari perkembangan pendidikan modern.
Pondok dalam Pandangan Masyarakat
Citra Pondok Pesantren Darut Ta’lim di tengah masyarakat pun semakin kuat. Tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai pusat dakwah dan pembinaan masyarakat. Kegiatan sosial seperti pengajian umum, khitanan massal, pelatihan kewirausahaan, dan pembinaan masyarakat menjadi bagian dari aktivitas rutin pondok.
Santri yang menimba ilmu berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan daerah. Hal ini memperkaya dinamika pendidikan sekaligus menuntut penyempurnaan fasilitas, metode pengajaran, dan tata kelola kelembagaan.
Penegasan Identitas Pesantren
Meski mengalami perkembangan kelembagaan yang signifikan, Pondok Pesantren Darut Ta’lim tetap menegaskan jati diri sebagai pesantren salafiyah yang menjunjung tinggi adab, sanad keilmuan, dan pendidikan akhlak. Tradisi mujahadah, sorogan, kitab kuning, tahfidz, dan pembinaan karakter menjadi unsur utama pendidikan.
Hingga hari ini, Pondok Pesantren Darut Ta’lim terus tumbuh menjadi pusat pendidikan Islam yang mandiri, adaptif, dan membumi—melayani umat dan bangsa dengan semangat “Berilmu, Beramal, dan Berakhlakul Karimah”.
VISI
“Menjadi lembaga pendidikan Islam yang unggul, moderat, dan berkarakter, dalam mencetak generasi berilmu, beramal, dan berakhlakul karimah.”
MISI
- Menyelenggarakan pendidikan terpadu antara ilmu agama dan ilmu umum.
- Menanamkan akidah ahlussunnah wal jama’ah dan karakter santri yang kuat.
- Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan tata kelola kepesantrenan.
- Menyesuaikan sistem pendidikan pesantren dengan perkembangan zaman.
- Menjadi pusat dakwah Islam dan pemberdayaan masyarakat.
TUJUAN
- Membentuk santri yang mandiri, bertakwa, dan berwawasan luas.
- Mencetak kader ulama dan pemimpin umat yang amanah.
- Menyediakan sarana pendidikan yang terjangkau dan berkualitas.
- Membangun kemitraan strategis dengan lembaga pendidikan dan sosial.
PROGRAM PENDIDIKAN
Formal :
Jenjang Keterangan :
- RA Darut Ta’lim : Pendidikan anak usia dini
- MI Darut Ta’lim : Setara SD (6 tahun)
- MTs Darut Ta’lim : Setara SMP (3 tahun)
- MA Darut Ta’lim : Setara SMA (3 tahun)
Non-Formal :
- Madrasah Diniyyah Takmiliyah
- Sorogan & Wetonan (Kitab Kuning)
- Program Tahfidzul Qur’an
- Kursus Bahasa Arab dan Baca Kitab
Kepesantrenan & Karakter :
- Pembinaan akhlak dan ibadah harian
- Kegiatan Muhadharah, Khitobah, Pramuka
- Latihan dakwah dan keorganisasian
Kewirausahaan & Life Skill :
- Pelatihan keterampilan santri: menjahit, kuliner, ternak
- Unit Santri Produktif
Dakwah & Sosial Masyarakat :
- Pengajian umum
- Majelis Ta’lim darul Muslimah bulanan
- Bakti sosial & Santunan
STRUKTUR ORGANISASI
Jabatan dan Nama :
Pendiri : KH. Syamsul Arifin, Lc., ZE
Pengasuh : Nyai Hj. Tubibah Arifin
Ketua Yayasan : Tsuroyya Alawiyah, S.Pd.I
Direktur Kepesantrenan : [Isi Nama]
Kepala Madrasah Diniyyah : M. Atoillah, L
Koordinator Pendidikan Formal : Sholeh Mukri, S.Ag
Kepala RA/ MI/MTs/MA : (Haizumiyah, M.Fil./ Fitriyah Cholisah, MA.g / H. Alfa Rabi Ali M.Ag)
Bendahara Yayasan : Nabila Arifin, M.Ag
Sekretaris : M. Imam Khotib, S.Ag
DATA SANTRI (2024/2025)
Keterangan dan Jumlah :
- Santri Mukim : ± 53
- Santri Non-Mukim : ± 814
- Guru & Asatidz : ± (………)
- Lulusan sejak berdiri : ±(….)
FASILITAS
- Asrama santri (Putra & Putri)
- Gedung RA/MI/MTs/MA
- Mushollah
- Perpustakaan
- Kantin & koperasi santri
- Lapangan dan ruang kegiatan santri
MOTTO
“Berilmu, Beramal, dan Berakhlakul Karimah.”